A. Audit Keuangan Internal
Perusahaan mempekerjakan auditor internal
untuk melakukan audit keuangan maupun operasional. Selama dua dekade
terakhir, peranan auditor internal meluas secara dramatis, terutama
karena peningkatan ukuran dan kompleksitas perusahaan. Oleh karena
auditor internal menghabiskan waktu mereka dalam satu perusahaan, maka
mereka tahu lebih banyak mengenai operasional perusahaan dan
pengendalian internal dibandingkan auditor eksternal. Pengetahuan ini
sangat penting bagi tata kelola perusahaan yang efektif.
Rerangka praktik Lembaga Auditor Internal
profesional memberikan definisi audit internal sebagai berikut: audit
internal adalah suatu aktivitas assurance dan konsultasi yang independen
dan objektif yang didesain untuk menambah nilai dan meningkatkan
operasional perusahaan. Audit internal membantu perusahaan mencapai
tujuannya dengan pendekatan yang sistematis dan ketat agar dapat
melakukan evaluasi dan peningkatan efektivitas terhadap manajemen
risiko, pengendalian, dan proses tata kelola.
Definisi ini mencerminkan adanya
perubahan peran auditor internal. Mereka diharapkan dapat menambah nilai
suatu organisasi melalui peningkatan efektivitas operasional sekaligus
menjalankan tanggung jawab yang biasanya dilakukan, misalnya:
- Menelaah reliabilitas dan integritas informasi
- Memastikan kepatuhan atas kebijakan dan regulasi
- Menjaga aset
Tujuan auditor internal yang lebih luas
dari auditor eksternal tersebut memberikan fleksibilitas bagi auditor
internal untuk memenuhi kebutuhan perusahaan mereka. Pada satu
perusahaan, seorang auditor internal dapat berfokus hanya pada
pendokumentasian dan pengujian pengendalian untuk persyaratan. Pada
perusahaan lain, auditor internal dapat memiliki fungsi utama sebagai
konsultan, hanya berfokus pada rekomendasi yang meningkatkan kinerja
organisasi. Auditor internal tidak hanya berfokus pada area yang
berbeda, tetapi tingkat audit internal pun dapat bervariasi dari satu
perusahaan dengan perusahaan yang lain. Laporan audit internal tidak
distandardisasi karena kebutuhan pelaporan dapat bervariasi di setiap
perusahaan dan laporan tidak bergantung pada pengguna eksternal.
Lembaga Auditor Eksternal
Pedoman profesional bagi auditor internal
dibuat oleh Institute of Internal Auditor (IIA), sebuah organisasi yang
mirip dengan AICPA yang menetapkan standar etika dan praktik,
memberikan pendidikan, dan mendorong profesionalisme bagi sekitar
120.000 anggotanya di seluruh dunia. IIA berperan utama dalam
peningkatan pengaruh audit internal. Misalnya, IIA telah menetapkan
program sertifikasi untuk menjadi Certified Internal Auditor (CIA) bagi
mereka yang memenuhi persyaratan pengujian dan pengalaman
tertentu. Rerangka praktik profesional dalam IIA meliputi kode etik dan
Standar Internasional untuk Praktik Profesional Audit Internal IIA
(dikenal sebagai “Buku Merah”). Semua anggota IIA dan auditor internal
bersertifikat setuju untuk mengikuti kode etik lembaga, yang disyaratkan
sesuai dengan standar.
Standar Internasional untuk Praktik
Profesional Audit Internal dibagi menjadi standar atribut untuk auditor
internal dan departemen audit, dan standar kinerja untuk aktivitas
penugasan dan pelaporan audit internal. IIA membuat standar tertentu
dalam setiap kategori. Misalnya, Standar Atribut 1100 pada Independensi
dan Objektivitas, meliputi Standar individual untuk mencapai
independensi organisasi (1110), objektivitas individual (1120), dan
penurunan nilai atas independensi dan objektivitas (1130)
Selain itu, IIA juga mengembangkan
standar implementasi khusus untuk penugasan assurance dan konsultasi.
Misalnya, implementasi standar 1110.A1 memberikan panduan untuk
menerapkan Standar Atribut 1110 atas independensi organisasi untuk
penugasan assurance, yang menyatakan bahwa aktivitas audit internal
harus bebas dari campur tangan dalam menentukan ruang lingkup audit
internal, menjalankan penugasan, dan mengkomunikasikan hasilnya.
Hubungan Antara Auditor Internal dan Eksternal
Tanggung jawab dan pelaksanaan audit oleh
auditor internal dan eksternal sangat berbeda dalam satu hal. Auditor
internal bertanggung jawab kepada manajemen dan dewan direksi, sementara
auditor eksternal bertanggung jawab kepada pengguna laporan keuangan
yang mengandalkan kredibilitas laporan keuangan pada auditor. Namun
auditor internal dan eksternal memiliki banyak kesamaan, seperti:
- Keduanya harus kompeten sebagai auditor dan tetap objektif dalam menjalankan pekerjaan dan melaporkan hasilnya
- Keduanya menjalankan metodologi yang sama dalam menjalankan audit, termasuk merencanakan dan menjalankan pengujian pengendalian dan pengujian substantif
- Keduanya mempertimbangkan risiko dan materialitas dalam memutuskan perluasan pengujian dan mengevaluasi hasilnya. Keputusan mereka atas materialitas dan risiko mungkin berbeda karena pengguna eksternal dapat memiliki perbedaan kebutuhan dengan manajemen atau dewan direksi
Auditor eksternal bergantung pada auditor
internal saat menggunakan model risiko audit untuk menilai risiko
pengendalian. Jika auditor internal bekerja secara efektif, maka auditor
eksternal dapat mengurangi risiko pengendalian secara signifikan dan
mengurangi pengujian substantif. Akibatnya tagihan atas pembiayaan audit
eksternal akan berkurang secara substansial bila klien menjalankan
fungsi audit internalnya dengan baik. Auditor eksternal biasanya
menganggap auditor internal bekerja efektif bila:
- Independen dari unit operasi yang dievaluasinya
- Kompeten dan telah mendapatkan pelatihan memadai
- Melakukan pengujian audit secara relevan atas pengendalian internal dan laporam keuangan
PSA 33 (SA 332) juga memperbolehkan
auditor eksternal memanfaatkan auditor internal untuk membantu langsung
pelaksanaan audit. Dengan mengandalkan staf auditor internal dalam
melakukan beberapa pengujian audit, auditor eksternal dapat menghemat
waktu dan biaya dalam menyelesaikan auditnya. Jika auditor internal
memberikan bantuan langsung, maka auditor eksternal harus menilai
kompetensi dan objektivitas mereka serta mengawasi dan mengevaluasi
pekerjaan mereka
B. Audit Operasional
Di luar kegiatan audit keuangan, auditor
internal, auditor pemerintah, dan akuntan publik juga melakukan audit
operasional, yang berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas
organisasi. Beberapa auditor lain menggunakan istilah audit manajemen
atau audit kinerja, bukan audit operasional, sementara juga ada yang
tidak memisahkan antara istilah audit kinerja, audit manajemen, dan
audit operasional serta menggunakan istilah tersebut bergantian
Istilah audit operasional digunakan
selama tujuan pengujian yang dilakukan adalah untuk menentukan
efektivitas dan efisiensi dari unit-unit organisasi. Pengujian
efektivitas pengendalian internal oleh auditor internal dapat dianggap
sebagai bagian dari audit operasional, jika tujuannya adalah untuk
membantu perusahaan mengoperasikan bisnis secara lebih efektif atau
efisien. Audit operasional bisa saja bertujuan untuk menentukan apakah
suatu perusahaan memiliki personel yang memadai dalam lini perakitan,
jika tujuannya untuk menentukan efektivitas dan efisiensi perusahaan
dalam memproduksi produknya.
Perbedaan Antara Audit Operasional dan Audit Keuangan
Terdapat tiga perbedaan utama antara audit operasional dan audit keuangan, yaitu:
1. Tujuan Audit
Audit keuangan menekankan pada ketepatan
pencatatan informasi historis, sedangkan audit operasional menekankan
pada efektivitas dan efisiensi. Audit keuangan berorientasi pada masa
lampau, sementara audit operasional berfokus pada peningkatan kinerja
masa depan. Seorang auditor operasional, misalnya, dapat mengevaluasi
apakah jenis baru bahan baku dibeli pada harga terendah untuk menghemat
uang dalam pembelian bahan baku berikutnya.
2. Distribusi Laporan
Laporan audit keuangan biasanya
didistribusikan kepada pengguna laporan keuangan eksternal, misalnya
pemegang saham dan pihak bank, sedangkan laporan audit operasional
ditujukan terutama kepada manajemen. Distribusi laporan audit eksternal
yang luas memerlukan struktur dan penyusunan kata-kata yang sangat baik.
Distribusi terbatas laporan operasional audit dan perbedaan sifat audit
untuk efisiensi dan efektivitas menghasilkan laporan audit yang berbeda
antara suatu audit dan audit lainnya.
3. Area Non Keuangan
Audit keuangan terbatas hanya pada
hal-hal yang langsung mempengaruhi kewajaran laporan keuangan, sedangkan
audit operasional meliputi aspek efektivitas dan efisiensi dalam
organisasi. Misalnya, audit operasional dapat ditujukan untuk
efektivitas program periklanan atau efisiensi pekerja pabrik
Efektivitas Versus Efisiensi
Sebelum audit operasional dilakukan,
auditor harus menentukan kriteria khusus untuk mengukur efektivitas dan
efisiensi. Pada umumnya, efektivitas merujuk pada terpenuhinya suatu
tujuan, misalnya memproduksi suku cadang tanpa kesalahan. Efisiensi
merujuk pada penentuan kecukupan sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut, seperti menentukan apakah suku cadang
diproduksi pada biaya minimum.
Efektivitas. Dalam audit
operasional untuk efektivitas, seorang auditor misalnya, mungkin perlu
menilai apakah seorang agen pemerintah memenuhi tujuan penugasannya
untuk menguji keamanan tangga berjalan untuk suatu kota. Untuk
menentukan efektivitas kinerja agen tersebut, auditor harus menentukan
kriteria tertentu untuk keamanan tangga berjalan. Misalnya, apakah
tujuan agen untuk menginspeksi seluruh tangga berjalan dalam kota
tersebut harus dilakukan setahun sekali? Apakah tujuannya adalah untuk
memastikan tidak ada akibat fatal jika terdapat kerusakan tangga
berjalan, atau apakah tidak ada kerusakan sama sekali?
Efisiensi.Misalnya
terdapat dua proses produksi dengan kualitas yang sama, maka proses
dengan biaya lebih rendah akan lebih efisien. Audit operasional biasanya
menemukan beberapa jenis inefisiensi tertentu.
Hubungan Antara Audit Operasional dan Pengendalian Internal
Manajemen melakukan pengendalian internal
untuk membantu pencapaian tujuannya. Terdapat tiga hal penting untuk
mencapai pengendalian internal yang efektif, yaitu:
- Keandalan pelaporan keuangan
- Efektivitas dan efisiensi operasi
- Kepatuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku
Hal kedua di atas berkaitan langsung
dengan audit operasional, tetapi dua hal lainnya berkaitan dengan
efisiensi dan operasi. Misalnya, manajemen memerlukan informasi
akuntansi biaya yang handal untuk memutuskan jenis dan harga jual produk
yang dilanjutkan produksinya. Sama halnya dengan ketidaktaatan pada
hukum yang berlaku, yang akan mengakibatkan perusahaan dikenakan denda.
Terdapat dua hal yang membedakan evaluasi pengendalian internal dan pengujian audit keuangan dan operasional, yaitu:
1. Tujuan
Tujuan audit operasional atas
pengendalian internal adalah untuk mengevaluasi efektivitas dan
efisiensi dan membuat rekomendasi kepada manajemen. Sebaliknya, evaluasi
pengendalian internal untuk audit keuangan memiliki dua tujuan utama
yaitu untuk menentukan luasnya pengujian audit substantif yang
diperlukan dan melaporkan efektivitas pengendalian internal atas
pelaporan keuangan untuk perusahaan publik.
Baik dalam audit keuangan dan
operasional, auditor dapat mengevaluasi prosedur pengendalian dengan
cara yang sama, tapi dengan tujuan yang berbeda. Auditor operasional
dapat menguji efektivitas prosedur verifikasi internal untuk duplikasi
faktur penjualan guna memastikan bahwa perusahaan tidak merugikan
konsumen dan juga untuk melakukan penagihan atas seluruh piutang.
Auditor keuangan juga melakukan pengujian pengendalian internal yang
sama, tetapi tujuan utamanya adalah mengurangi konfirmasi atas piutang
dagang atau pengujian substantif lainnya (tujuan kedua atas audit
keuangan adalah untuk membuat rekomendasi operasional kepada manajemen)
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup audit operasional ditujukan
pada seluruh pengendalian yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi,
sedangkan ruang lingkup evaluasi pengendalian internal untuk audit
keuangan dibatasi pada efektivitas pengendalian internal atas pelaporan
keuangan dan dampaknya atas kewajaran penyajian laporan keuangan.
Misalnya, audit operasional dapat berfokus pada kebijakan dan prosedur
yang dilakukan oleh departemen pemasaran untuk menentukan efektivitas
katalog dalam pemasaran produk.
Jenis Audit Operasional
Audit operasional terdiri atas tiga kategori utama, yaitu:
1. Audit Fungsional
Yang dimaksud denga fungsional adalah
kategori aktivitas dalam suatu bisnis, misalnya fungsi penagihan atau
fungsi produksi. Fungsi dapat dikategorikan dan dibagi dalam banyak
cara. Misalnya, fungsi akuntansi dapat dibagi menjadi fungsi pengeluaran
kas, penerimaan kas, dan penggajian. Fungsi penggajian dapat dibagi
menjadi menjadi fungsi penetapan karyawan, pencatatan waktu, dan
pembayaran gaji. Audit fungsional mengurusi satu atau lebih fungsi dalam
suatu organisasi, misalnya mengenai efektivitas dan efisiensi fungsi
penggajian untuk suatu divisi atau organisasi secara keseluruhan.
Audit fungsional memiliki keuntungan bagi
auditor untuk melakukan spesialisasi. Auditor tertentu berperan sebagai
staf audit internal dalam mengembangkan keahlian tertentu pada suatu
area, misalnya rekayasa produksi. Rekayasa produksi dapat berjalan lebih
efektif dan efisien dengan menghabiskan waktu audit dalam area
tersebut. Kerugian dari audit fungsional adalah tidak dilakukannya
evaluasi keterkaitan antarfungsi. Misalnya, fungsi rekayasa produksi
berinteraksi dengan fungsi pabrikan dan fungsi lainnya dalam organisasi.
2. Audit Organisasional
Audit operasional dalam organisasi
mengurusi seluruh unit organisasi seperti departemen, cabang, atau anak
perusahaan. Audit organisasional menekankan pada efektivitas dan
efisiensi dalam interaksi fungsi tersebut. Rencana organisasi dan metode
untuk koordinasi aktivitas merupakan hal penting dalam audit ini.
3. Penugasan Khusus
Dalam audit operasional, penugasan khusus
muncul atas permintaan dari manajemen dengan bermacam-macam jenis
audit, misalnya untuk menentukan penyebab inefisiensi sistem TI,
meneliti kemungkinan kecurangan dalam divisi, dan membuat rekomendasi
untuk mengurangi biaya produksi.
Pelaksana Audit Operasional
Audit operasional biasanya dilakukan oleh salah satu dari tiga kelompok, yaitu:
1. Auditor Internal
Auditor internal merupakan posisi unik
yang melakukan audit operasional dimana beberapa orang menggunakan
istilah audit internal dan audit operasional secara bergantian. Akan
tetapi, tidak semua audit operasional dilakukan oleh auditor internal
atau hanya auditor internal yang melakukan audit operasional. Banyak
departemen audit internal yang melakukan keduanya, yaitu audit
operasional dan keuangan secara bersamaan. Oleh karena mereka
menghabiskan waktu kerja mereka untuk perusahaan yang mereka audit, maka
auditor internal diuntungkan dalam melakukan audit operasional. Mereka
dapat mengembangkan pengetahuan yang cukup tentang perusahaan dan bisnis
yang penting bagi efektivitas audit operasional.
Untuk memaksimalkan efektivitas dalam
menjalankan audit keuangan dan operasional, departemen audit internal
harus melapor kepada dewan direksi atau direktur utama. Auditor internal
juga harus memiliki akses dan komunikasi berkelanjutan dengan komite
audit dari dewan direksi. Pelaporan kepada komite audit membantu auditor
internal agar tetap independen. Jika auditor internal memberi laporan
kepada kontroler, maka mereka sulit untuk melakukan evaluasi independen
dan membuat rekomendasi kepada manajemen senior bila terjadi inefisiensi
atas pekerjaan kontroler.
2. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah regional dan pusat
melakukan audit operasional, yang seringkali menjadi bagian dalam
pelaksanaan audit keuangan. Kelompok auditor pemerintah yang paling
dikenal adalah BPK, namun auditor pemerintah lainnya juga harus
melakukan audit keuangan dan operasional.
Buku kuning mendefinisikan dan
menetapkan standar untuk audit kinerja, yang pada dasarnya sama dengan
audit operasional. Audit kinerja tersebut meliputi:
- Audit ekonomi dan efisiensi
Tujuan dari audit ekonomi dan efisiensi adalah untuk menentukan:
- Apakah entitas sudah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber daya secara ekonomis dan efisien
- Apa penyebab inefisiensi atau ketidakekonomisan tersebut
- Apakah entitas telah mematuhi hukum dan peraturan tentang hal-hal ekonomis dan efisiensi dalam program audit
- Program audit
Tujuan dari program audit ini adalah untuk menentukan:
- Sejauh mana hasil yang diinginkan atau manfaat yang ditetapkan oleh badan legislatif atau yang ditetapkan badan otoritas lainnya
- Bagaimana efektivitas organisasi, program, kegiatan, atau fungsi tersebut
- Apakah entitas telah mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku
Dua tujuan dari masing-masing jenis audit
kinerja benar-benar operasional, sedangkan tujuan utamanya adalah
menyangkut kepatuhan.
Untuk mengilustrasikan kegiatan
operasional tertentu dalam audit pemerintahan negara, berikut adalah
contoh dari sebuah artikel dalam publikasi Internal Auditor : sebuah
rumah sakit dengan staf administrasi yang terpisah menempati tiga
bangunan di atas tanah milik rumah sakit negara lainnya. Audit kami
menunjukkan bahwa beban kerja terbatas kegiatan administrasi rumah sakit
ini dan kedekatannya dengan kantor rumah sakit utama memungkinkan
dilakukannya konsolidasi fungsi administrasi dari dua rumah sakit dan
akan menghemat biaya sebesar Rp 145.000.000 setahun.
3. KAP
Ketika KAP melakukan audit laporan
keuangan historis, seringkali tindakan audit ini terdiri atas
identifikasi masalah operasional dan rekomendasi yang mungkin bermanfaat
bagi klien audit. Rekomendasi dapat dibuat secara lisan, tetapi
biasanya termasuk dalam surat manajemen.
Latar belakang pengetahuan tentang bisnis
klien, yang didapatkan auditor eksternal saat melakukan audit,
seringkali memberikan informasi yang berguna dalam memberikan
rekomendasi operasional. Sebagai contoh, misalnya auditor menetapkan
bahwa perputaran persediaan klien selama tahun berjalan lebih lambat
dari sebelumnya. Auditor harus menentukan penyebab kelambatan tersebut
untuk mengevaluasi kemungkinan adanya keusangan persediaan yang dapat
menyebabkan ketidakwajaran dalam penyajian laporan keuangan. Dalam
menentukan penyebab berkurangnya perputaran persediaan, auditor dapat
mengidentifikasi penyebab operasional, seperti kebijakan pembelian
persediaan yang tidak efektif, yang harus diperhatikan oleh manajemen.
Auditor yang memiliki latar belakang bisnis yang luas dan berpengalaman
dengan bisnis yang sama akan memberikan rekomendasi operasional yang
lebih efektif dan relevan dibandingkan dengan auditor lain yang tidak
memiliki kualifikasi tersebut.
Klien umumnya melibatkan KAP untuk
melakukan audit operasional dalam satu atau lebih bagian-bagian tertentu
dari bisnisnya. Sebagai contoh, perusahaan dapat meminta KAP untuk
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi sistem komputernya. Biasanya,
manajemen meminta KAP melakukan audit ini bila perusahaan tidak memiliki
staf audit internal atau jika staf audit internal tidak memiliki
keahlian di area tertentu. Dalam beberapa kasus, manajemen atau dewan
direksi menyerahkan seluruh atau sebagian aktivitas audit internalnya
kepada sebuah KAP, misalnya audit operasional untuk aktivitas teknologi
informasi, yang harus dilakukan bersama oleh KAP dan anggota tertentu
dari staf audit internal perusahaan. Biasanya staf konsultan manajemen
KAP yang melaksanakan jasa tersebut. Perlu diperhatikan bahwa KAP tidak
boleh menyediakan jasa ini kepada klien audit perusahaan publik mereka
Independensi dan Kompetensi Auditor Operasional
Dua kualifikasi yang paling penting bagi
auditor operasional adalah independensi dan kompetensi. Auditor harus
melapor pada tingkat manajemen yang sesuai untuk memastikan bahwa
investigasi dan rekomendasi yang dibuat tidak bias. Independensi jarang
menjadi masalah bagi auditor KAP karena mereka tidak menjadi karyawan
perusahaan yang di audit. Independensi auditor internal perlu
ditingkatkan dengan adanya laporan departemen audit internal untuk dewan
direksi atau direktur utama. Sama halnya dengan adanya keharusan bagi
auditor pemerintah untuk melapor kepada atasan departemen operasional.
BPK, misalnya, langsung melapor kepada DPR untuk meningkatkan
independensi.
Tanggung jawab auditor operasional juga
dapat mempengaruhi independensi mereka. Auditor tidak bertanggung jawab
atas fungsi operasional dalam perusahaan atau untuk memperbaiki
kekurangan bila ditemukan inefisiensi atau ketidakefektifan. Misalnya,
independensi auditor akan terpengaruh ketika mereka mengaudit sistem TI
atas pembelian jika mereka yang merancang sistem tersebut atau menjadi
pihak yang bertanggung jawab untuk memperbaiki kekurangan yang mereka
temukan selama audit.
Meskipun auditor boleh memberikan
rekomendasi untuk perubahan dalam operasi, personel operasional harus
memiliki kewenangan untuk menerima atau menolak rekomendasi tersebut.
Jika auditor memiliki kewenangan atas pelaksanaan rekomendasi mereka,
maka independensi mereka akan berkurang.
Kompetensi tentunya diperlukan untuk
menentukan penyebab masalah operasional dan untuk membuat rekomendasi
yang tepat. Ketika audit operasional berurusan dengan masalah
operasional yang meluas, maka kompetensi dapat menjadi hambatan besar.
Sebagai contoh, bayangkan betapa sulitnya mencari auditor internal yang
berkualitas, yang dapat mengevaluasi efektivitas program periklanan dan
efisiensi proses produksi. Staf audit internal dalam melakukan jenis
pemeriksaan operasional ini mungkin harus memasukkan beberapa personel
dengan latar belakang bidang pemasaran dan produksi.
Kriteria Evaluasi Efisiensi dan Efektivitas
Tantangan utama dalam audit operasional
adalah menentukan kriteria khusus untuk mengevaluasi apakah efisiensi
dan efektivitas telah dicapai. Dalam laporan audit keuangan historis,
PSAK memberikan kriteria yang luas untuk mengevaluasi penyajian secara
wajar, dan tujuan audit dapat memfasilitasi kriteria yang lebih spesifik
dalam memutuskan apakah PSAK sudah dilaksanakan. Dalam audit
operasional tidak ada kriteria yang ditentukan dengan jelas.
Untuk menetapkan kriteria audit
operasional, auditor dapat menentukan apakah beberapa aspek dari entitas
dapat dibuat lebih efektif atau efisien dan merekomendasikan perbaikan.
Pendekatan tersebut dapat memadai untuk auditor yang berpengalaman dan
mendapatkan pelatihan memadai, tetapi tidak demikian bagi auditor pada
umumnya.
Kriteria Khusus.
Kriteria yang lebih spesifik diperlukan sebelum memulai audit
operasional. Misalnya, Anda sedang melalukan audit operasional mengenai
tata letak peralatan di pabrik untuk sebuah perusahaan. Berikut ini
adalah beberapa kriteria tertentu, yang dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan, yang dapat digunakan untuk mengevaluasi tata letak pabrik :
- Apakah tata letak pabrik seluruhnya disetujui oleh perancang kantor pusat di saat melakukan desain awal?
- Apakah unit perancang kantor pusat melakukan studi evaluasi kembali atas tata letak pabrik dalam 5 tahun terakhir?
- Apakah setiap unit peralatan beroperasi pada kapasitas 60% atau lebih untuk sedikitnya 3 bulan pada setiap tahun?
- Apakah tata letak memfasilitasi pergerakan bahan baku baru di lantai produksi?
- Apakah tata letak memfasilitasi produksi barang jadi?
- Apakah tata letak memfasilitasi pergerakan barang jadi ke bagian distribusi?
- Apakah tata letak pabrik menggunakan peralatan yang ada secara efektif?
- Apakah keamanan karyawan terancam dengan adanya tata letak pabrik?
Sumber Kriteria. Untuk mengembangkan kriteria evaluasi khusus, auditor operasional dapat menggunakan berbagai sumber, meliputi:
- Kinerja historis
Kriteria dapat ditetapkan berdasarkan
hasil aktual dari periode sebelumnya. Dengan menggunakan kriteria ini,
auditor dapat menentukan apakah kondisi menjadi “lebih baik” atau “lebih
buruk”. Keuntungan pendekatan tersebut adalah kriteria ini mudah
didapatkan, namun tidak dapat digunakan untuk menentukan seberapa baik
hasilnya dibandingkan dengan yang seharusnya.
- Pembandingan
Entitas di dalam atau di luar organisasi
klien mungkin akan sama bila hasil operasinya digunakan sebagai
kriteria. Auditor harus berhati-hati dalam memilih organisasi sebagai
pembanding. Pembandingan hampir tidak mungkin dilakukan dengan
organisasi berbeda atau mereka yang tingkat standarnya lebih rendah.
Untuk entitas internal yang sebanding, data dapat tersedia untuk
digunakan sebagai kriteria. Organisasi luar sering juga menyediakan
informasi yang diperlukan. Selain itu, data pembandingan sering
disediakan oleh kelompok industri dan badan peraturan pemerintah.
- Standar rekayasa produksi
Dalam beberapa penugasan, dimungkinkan
untuk mengembangkan kriteria berdasarkan standar rekayasa produksi.
Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan Time and Motion Study untuk
menentukan tingkat output produksi yang efisien. Kriteria ini biasanya
memakan waktu dan biayanya mahal untuk dikembangkan karena membutuhkan
keahlian, tetapi dalam banyak hal patut dipertimbangkan. Suatu standar
dapat dikembangkan oleh kelompok industri untuk digunakan oleh semua
anggota mereka, sehingga biaya dapat ditekan.
- Diskusi dan kesepakatan
Kadang-kadang kriteria objektif sulit
atau mahal untuk diperoleh, sehingga paling baik dikembangkan melalui
diskusi dan kesepakatan. Pihak-pihak yang terlibat harus mencakup
manajemen entitas yang akan diaudit, auditor operasional, dan badan atau
pihak yang akan diberi laporan tentang penemuan audit.
Tahapan dalam Menjalankan Audit Operasional
Terdapat tiga fase dalam audit operasional, yaitu:
1. Perencanaan
Perencanaan untuk audit operasional sama
dengan perencanaan untuk audit atas laporan keuangan historis. Seperti
auditor laporan keuangan, auditor operasional harus menentukan ruang
lingkup penugasan dan mengkomunikasikannya ke unit organisasi. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah:
- Melakukan penugasan dengan benar
- Mendapatkan informasi latar belakang mengenai unit organisasi
- Memahami pengendalian internal
- Memutuskan bukti yang memadai untuk diakumulasi
Perbedaan utama antara perencanaan audit
operasional dan audit keuangan adalah keragaman yang diciptakan oleh
luasnya audit operasional, yang sering membuatnya sulit untuk mengambil
keputusan dalam tujuan khusus. Auditor memilih tujuan berdasarkan
kriteria yang dikembangkan dalam penugasan, yang bergantung pada kondisi
yang ada. Misalnya, tujuan audit operasional atas efektivitas
pengendalian internal untuk kas kecil akan sangat berbeda dengan audit
operasional untuk efisiensi penelitian dan pengembangan, namun tujuan
yang beragam dalam audit operasional bisa saja merupakan bagian dari
audit operasional yang sama.
Luasnya audit operasional sering membuat
penentuan staf menjadi lebih rumit daripada dalam audit keuangan. Hal
ini terjadi bukan karena bidang yang berbeda, misalnya pengendalian
produksi dan periklanan, tetapi tujuan untuk bidang tersebut sering
memerlukan keahlian teknis khusus. Misalnya, auditor mungkin membutuhkan
latar belakang teknis untuk mengevaluasi kinerja pada sebuah proyek
konstruksi besar.
Pada akhirnya, tidak seperti audit
keuangan, audit operasional mengharuskan auditor menghabiskan lebih
banyak waktu dengan pihak yang berkepentingan untuk mencapai persetujuan
atas syarat penugasan dan kriteria evaluasi. Terlepas dari sumber
kriteria evaluasi, dalam hal tujuan dan kriteria yang ditetapkan, maka
perwakilan entitas yang akan di audit, auditor operasional, dan entitas
atau kepada pihak mana temuan akan dilaporkan, harus ditentukan secara
jelas dalam perjanjian.
2. Akumulasi Bukti dan Evaluasi
Pengendalian internal dan prosedur
operasi merupakan bagian penting dari audit operasional, maka biasanya
dilakukan dokumentasi, penyelidikan atas klien, prosedur analitis, dan
observasi secara ekstensif. Konfirmasi, pencapaian kinerja kembali, dan
perhitungan kembali tidak digunakan secara luas dalam audit operasional
dibandingkan pada audit keuangan karena tujuan keberadaan dan akurasi
tidak relevan dengan kebanyakan audit operasional.
Untuk mengilustrasikan akumulasi bukti
dalam audit operasional, sebagai contoh suatu lembaga yang mengevaluasi
keamanan tangga berjalan di sebuah kota. Asumsikan bahwa semua pihak
setuju bahwa tujuannya adalah untuk menentukan apakah seorang pengawas
membuat pemeriksaan tahunan secara memadai untuk seluruh tangga berjalan
di kota tersebut. Untuk memenuhi tujuan kelengkapan, auditor dapat
memeriksa cetak biru bangunan kota dan lokasi tangga berjalan dan
menelusurinya ke daftar untuk memastikan bahwa semua tangga berjalan
sudah dimasukkan dalam populasi. Pengujian tambahan dilakukan untuk
bangunan yang baru dibangun untuk menilai ketepatan waktu atas pembaruan
daftar yang berada di pusat.
Dengan asumsi auditor telah menentukan
bahwa daftar tersebut lengkap, mereka dapat memilih sampel lokasi tangga
berjalan dan mengumpulkan bukti mengenai waktu dan frekuensi inspeksi.
Auditor mungkin perlu mempertimbangkan risiko bawaan dengan melakukan
pengambilan sampel lebih besar atas tangga berjalan yang usianya lebih
tua atau tangga yang sebelumnya cacat keamanannya. Auditor mungkin juga
perlu memeriksa bukti kompetensi pengawas tangga berjalan dengan
menelaah catatan, program pelatihan, uji kecakapan, dan laporan kinerja.
Auditor juga perlu menjalankan kembali prosedur pengambilan sampel
tangga berjalan untuk mendapatkan bukti bila terjadi ketidakkonsistenan
dengan yang dilaporkan atau pada kondisi sebenarnya.
Sama seperti auditor keuangan, auditor
operasional harus mengumpulkan bukti yang memadai untuk dijadikan dasar
suatu kesimpulan dalam pengujian. Untuk audit keamanan tangga berjalan,
auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup tentang inspeksi keamanan
tangga berjalan. Setelah bukti dikumpulkan, auditor harus memutuskan
apakah inspeksi atas masing-masing tangga berjalan di kota dilakukan
oleh petugas yang kompeten.
3. Pelaporan serta Tindak Lanjut
Dua perbedaan utama antara laporan audit keuangan dan operasional yang mempengaruhi laporan audit operasional adalah:
- Dalam audit operasional, laporan biasanya dikirimkan hanya kepada manajemen, dengan tembusan kepada unit yang diaudit. Pengguna pihak ketiga tidak memerlukan susunan kata-kata baku untuk pembuatan laporan audit operasional.
- Banyaknya jenis audit operasional memerlukan laporan yang berbeda-beda untuk mencakup ruang lingkup audit, temuan, dan rekomendasi.
Auditor operasional sering menghabiskan
waktu untuk mengkomunikasikan temuan dan rekomendasi audit secara jelas.
Pada audit kinerja, saat laporan disusun sesuai persyaratan Buku
Kuning, maka komponen tertentu harus disertakan, tetapi bentuk laporan
harus dibebaskan. Tindak lanjut merupakan hal umum dalam audit
operasional ketika auditor membuat rekomendasi kepada manajemen untuk
menentukan apakah terdapat perubahan yang direkomendasikan, dan jika
tidak, harus dijelaskan mengapa.
Contoh Temuan Audit Operasional
Setiap Internal Auditor tersebut, jurnal
yang dipublikasikan dua bulanan oleh IIA, selalu terdapat beberapa
temuan audit operasional yang disampaikan oleh auditor internal yang
berpraktik. Lebih banyak temuan yang mencakup efisiensi daripada
efektivitas. Pembaca lebih tertarik dengan temuan yang berkaitan dengan
efisiensi dari efektivitas. Misalnya, suatu audit operasional di AS yang
menghasilkan penghematan sebesar $68.000 akan lebih menarik pembaca
daripada sebuah laporan mengenai peningkatan akurasi pelaporan keuangan.
Contoh dari Internal Auditor berikut menyertakan contoh-contoh yang
berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi di AS.
Dengan Menyewa Perusahaan Kebersihan dari Luar, Dapat Menghemat $160.000
Sebuah auditor internal meninjau
efisiensi dan efektivitas layanan kebersihan oleh karyawan pemerintah
untuk bangunan di kompleks gedung legislatif. Dalam audit terungkap
bahwa biaya jasa kebersihan terlalu besar jika dibandingkan dengan jasa
serupa yang dilakukan oleh perusahaan kebersihan dari luar. Selain itu,
auditor menemukan banyak petugas kebersihan yang tidak dilengkapo dengan
peralatan yang dibutuhkan sehingga kualitas kebersihan menjadi buruk.
Sebuah studi mengenai jasa kebersihan alternatif menunjukkan bahwa
perusahaan kebersihan dari luar memberikan jasa yang sama atau lebih
baik dan dapat menghemat biaya sebesar $ 137.000 dalam setahun. Auditor
merekomendasikan pemerintah negara bagian mencari tawaran kompetitif dan
menjalin kontrak dengan perusahaan jasa kebersihan yang memiliki
penawaran biaya terendah, tetapi masih memenuhi spesifikasi. Dalam
realisasinya, penghematan mencapai lebih dari $160.000 dan kualitas
kebersihan meningkat.
Gunakan Peralatan yang Tepat
Sebuah perusahaan menyewakan 25 truk
berbeban berat yang digunakan oleh karyawan jasa di AS yang memasang dan
memperbaiki sekitar 20.000 vending machine di daerah metropolitan besar. Semua truk dilengkapi dengan hidrolik pengangkat pintu untuk melakukan bongkar muat vending machine. Auditor internal menemukan hanya beberapa truk yang benar-benar mengantar dan mengambil vending machine tersebut.
Sebagian besar truk digunakan untuk jasa panggilan, yang terdiri atas
perbaikan kotak koin atau penyesuaian sederhana lainnya yang tidak
memerlukan hidrolik. Auditor merekomendasikan agar sebagian besar truk
tersebut secara bertahap digantikan oleh kendaraan biasa dan ringan.
Menajemen menyetujuinya sehingga penghematan tarif sewa dan beban usaha
yang terjadi diperkirakan mencapai $ 25.000 per tahun.
Program Komputer Menghemat Tenaga Kerja Manual
ERISA di AS mensyaratkan adanya audit
tahunan untuk rencana pembagian laba. Auditor internal menguji rencana
pembagian keuntungan sebagaimana disyaratkan oleh ERISA, tetapi juga
melakukan telaah operasional yang menghasilkan beberapa rekomendasi
berharga bagi manajemen. Aduitor TI dalam tim audit mengembangkan
beberapa program audit – terkomputerisasi untuk menguji pengendalian
atas partisipasi dan penghentian rencana perusahaan dalam melakukan bagi
hasil. Bantuan komputer tersebut menghemat tenaga kerja manual dan
dapat mendeteksi beberapa karyawan yang tidak memenuhi syarat atas
rencana tersebut, misalnya karyawan dengan masa kerja kurang dari satu
tahun dan karyawan yang sudah berhenti bekerja. Program audit tersebut
juga dapat mendeteksi data yang berbeda antara berkas penggajian dan
berkas utama dalam rencana bagi hasil. Saat melihat hasil audit,
manajemen mengoreksi seluruh masalah dan menerapkan pengendalian
tambahan untuk mencegah terjadinya masalah yang sama di masa datang.
Pengendalian tambahan ini membuat manajemen memita auditor TI untuk
tetap menyimpan program mereka di komputer. Manajer pada rencana bagi
hasil pun menggunakan program tersebut secara berkala sebagai pengendali
untuk mendeteksi kesalahan.