Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki
nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya
alias di jadikan besi tua, hingga habis terkorosi. Tentu saja ini tidak
dianjurkan, alangkah bagusnya jika di daur ulang.
Penyusutan (depresiasi) merupakan salah satu konsekwensi atas
penggunaan aktiva tetap, dimana aktiva tetap akan mengalami ke-aus-an
atau penurunan fungsi.
Apa Itu Penyusutan (depresiasi) aktiva tetap ?
Logika umum : Penyusutan merupakan cadangan yang nantinya digunakan
untuk membeli aktiva baru untuk menggantikan aktiva lama yang sudah
tidak produktif lagi .
Bandingkan dengan yang dibawah ini :
Logika Akuntansi : Penyusutan (Depreciation) adalah Harga Perolehan
Aktiva Tetap yang di alokasikan ke dalam Harga Pokok Produksi atau Biaya
Operasional akibat penggunaan aktiva tetap tersebut, atau ;
Cost/Exepenses yang diperhitungkan (dibebankan) dalam Harga Pokok
produksi atau biaya operasional akibat pengunaan aktiva di dalam proses
produksi dan operasional perusahaan secara umum.
Pencatatan (Jurnal) Atas Penyusutan :
Bentuk Jurnalnya :
[-Debit-]. Depreciation = xxxx
[-Credit-]. Accumulated Depreciation = xxxx
[-Debit-]. Depreciation = xxxx
[-Credit-]. Accumulated Depreciation = xxxx
Saat pencatatan :
Biasanya dicatat (dibukukan) pada saat penutupan buku (entah : akhir bulan, akhir kwartal, akhir tahun buku).
Biasanya dicatat (dibukukan) pada saat penutupan buku (entah : akhir bulan, akhir kwartal, akhir tahun buku).
Besar-nya :
Dicatat sebesar nilai penyusutannya, tergantung berbagai faktor (lebih rincinya, lanjutkan ke sub pokok bahasan berikut ini…).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan
Dicatat sebesar nilai penyusutannya, tergantung berbagai faktor (lebih rincinya, lanjutkan ke sub pokok bahasan berikut ini…).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Biaya Penyusutan
- Harga Perolehan (Acquisition Cost)
Harga Perolehan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya penyusutan. Mengenai “Harga Perolehan” telah kita bahas secara rinci pada artikel sebelumnya, yang belum membaca, silahkan [-baca-] - Nilai Residu (Salvage Value)
Merupakan taksiran nilai atau potensi arus kas masuk apabila aktiva tersebut dijual pada saat penarikan/penghentian (retirement) aktiva. Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya alias di jadikan besi tua, hingga habis terkorosi. Tentu saja ini tidak dianjurkan, alangkah bagusnya jika di daur ulang. - Umur Ekonomis Aktiva (Economical Life Time)
Sebagian besar, aktiva tetap memiliki 2 jenis umur, yaitu :
- Umur fisik : Umur yang dikaitkan dengan kondisi fisik suatu aktiva. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fisik apabila secara fisik aktiva tersebut masih dalam kondisi baik (walaupun mungkin sudah menurun fungsinya).
- Umur Fungsional : Umur yang dikaitkan dengan kontribusi aktiva tersebut dalam penggunaanya. Suatu aktiva dikatakan masih memiliki umur fungsional apabila aktiva tersebut masih memberikan kontribusi bagi perusahaan. Walaupun secara fisik suatu aktiva masih dalam kondisi sangat baik, akan tetapi belum tentu masih memiliki umur fungsional. Bisa saja aktiva tersebut tidak difungsikan lagi akibat perubahan model atas produk yang dihasilkan, kondisi ini biasanya terjadi pada aktiva mesin atau peralatan yang dipergunakan untuk membuat suatu produk. Atau aktiva tersebut sudah tidak sesuai dengan jaman (not fashionable), kondisi ini biasanya terjadi pada jenis aktiva yang bersifat dekoratif (misalnya : furniture/mebeler, hiasan dinding, dsb).Dalam penentuan beban penyusutan, yang dijadikan bahan perhitungan adalah umur fungsional yang biasa dikenal dengan umur ekonomis. - Pola Penggunaan Aktiva
Pola penggunaan aktiva berpengaruh terhadap tingkat ke-aus-an aktiva, yang mana untuk mengakomodasi situasi ini biasanya dipergunakan metode penyusutan yang paling sesuai.
Nilai residu tidak selalu ada, ada kalanya suatu aktiva tidak memiliki nilai residu karena aktiva tersebut tidak dijual pada masa penarikannya alias di jadikan besi tua, hingga habis terkorosi. Tentu saja ini tidak dianjurkan, alangkah bagusnya jika di daur ulang.
Metode-metode Penyusutan (Depreciation Method)
Ada berbagai metode penyusutan, hanya beberapa metode saja yang biasa dipergunakan.
Berikut adalah 2 metode penyusutan yang paling banyak dipergunakan,
karena paling mudah dan paling relevan dengan perlakuan akuntansi.
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Konsep dasarnya :
Metode ini menganggap aktiva tetap akan memberikan kontribusi yang
merata (tanpa fluktuasi) disepanjang masa penggunaannya, sehingga aktiva
tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama dari periode ke
periode hingga aktiva diarik dari penggunaannya.
Metode ini termasuk yang paling luas dipakai. Untuk penerapan
“Matching Cost Principle”, metode garis lurus dipergunakan untuk
menyusutkan aktiva-aktiva yang fungsionalnya tidak terpengaruh oleh
besar kecilnya volume produk/jasa yang dihasilkan. Misalnya : bangunan,
peralatan kantor.
Formula :
Atau dengan menggunakan rate prosentase, dengan formula :
Contoh Kasus :
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 1 Januari 2007 dengan harga Rp
8,000,000 ditaksir memiliki umur ekonomis 8 tahun, dan apabila nanti
ditarik diperkirakan besi tuanya dapat dijual seharga Rp 150,000.
Tambahan informasi : Perusahaan menggunakan metode garis lurus.
Beban penyusutan untuk tahun 2007, dihitungan dengan cara :
Depreciation Cost = 12/12 x [(Rp 8,000,000-150,000) : 8] = Rp 981,250,-
Jika aktiva tetap tersebut diperoleh pada tanggal 05 Pebruari 2007,
maka dihitung dengan cara = 11/12 x [(Rp 8,000,000 - 150,000) : 8]
Jika diperoleh pada tanggal 20 Pebruari 2007, maka dihitung 10/12 x [(Rp 8,000,000 - 150,000) : 8]
…….dan seterusnya
Jika tanpa nilai residu, maka variable nilai residu tidak diperhitungkan (lihat formula di atas).
Atas pembebanan penyusutan ini dicatat sebagai berikut :
[-Debit-]. Depreciation = Rp 981,250,-
[-Credit-]. Accumulated Depreciation = Rp 981,250,-
[-Credit-]. Accumulated Depreciation = Rp 981,250,-
Jika aktiva tersebut diperoleh di awal tahun (01~14 Januari), maka
tabel “Jadwal Penyusutan Aktiva ” selama umur ekonomisnya, akan menjadi
sebagai berikut :
Bandingkan kedua tabel di atas : Bagian mana yang berbeda ?.
Pada tabel pertama (dengan memperkirakan adanya salvage value), di
akhir tahun ke-8, terlihat masih ada NILAI BUKU (Book Value) aktiva
sebesar Rp 150,000, INILAH YANG DISEBUT NILAI RESIDU (Salvage Value)
dimana jika aktiva tersebut dijual pada akhir penggunaannya nanti
diperkirakan akan laku seharga Rp 150,000,-. Di sisi lainnya, biaya
penyusutan yang dibebankan tidak sepenuhnya Rp 1,000,000 per tahunnya.
Pada tabel kedua (dengan tidak memperkirakan adanya salvage value),
pada akhir tahun ke-8, NILAI BUKU (Book Value) benar-benar Nihil (nol),
artinya : perusahaan memperkirakan aktiva tersebut tidak akan
menghasilkan arus kas (tidak bisa dijual) pada akhir masa penggunaannya
nanti. Di sisi lain, penyusutan dibebankan sepenuhnya Rp 1,000,000
setiap tahunnya.
2. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)
Konsep Dasarnya :
Aktiva tetap dianggap akan memberikan kontribusi terbesar pada
periode diawal-awal masa penggunaanya, dan akan mengalami tingkat
penurunan fungsi yang semakin besar di periode berikutnya seiring dengan
semakin berkurangnya umur ekonomis atas aktiva tersebut.
Metode ini sesuai jika dipergunakan untuk jenis aktiva tetap yang
tingkat kehausannya tergantung dari volume produk yang dihasilkan, yaitu
jenis aktiva mesin produksi.
Formula :
Contoh Kasus :
Mempergunakan contoh kasus sebelumnya…..
Cari “rate penyusutan (d%)” terlebih dahulu, perhatikan perhitungan dibawah :
Dengan menggunakan rate di atas, yaitu sebesar 39%, “Jadwal
Penyusutan” menggunakan Declining Balance Method dapat dibuat, seperti
dibawah :
Memperhatikan table di atas, dapat dilihat bahwa dengan menggunakan
Metode Saldo menurun (Declining Balance Method), salvage value di akhir
tahun ke delapanpun hasilnya kurang lebih sama dengan jika menggunakan
Metode Garis Lurus (Straight Line Method) yaitu Rp 150,000. Hanya saja,
jika kita perhatikan pada kolom “Depreciation (penyusutan) nampak bahwa
dengan menggunakan metode Saldo Menurun, harga perolehan yang
dialokasikan ke dalam penyusutan (dibebankan pada Harga Pokok Penjualan)
dialokasikan sebagian besar pada awal-awal penggunaan aktiva tersebut.
Hal ini didasari oleh konsep yang dianut oleh metode ini, dimana suatu
aktiva (khusunya mesin produksi) dianggap memberikan best performance
diawal-awal penggunaannya.
Jurnal pembebanan penyusutan pada methode ini sama saja dengan metode garis lurus.
Catatan Penting :
Dimungkinkan untuk menggunakan metode yang manapun untuk jenis aktiva yang manapun, yang terpenting :
(-). Metode apapun yang dipergunakan, hendaknya diterapkan secara konsisten.
(-). Jika perusahaan mengganggap perlu melakukan perubahan atas
metode penyusutan yang diterapkan, hendaknya dicantumkan dalam
penjelasan atas sistem akuntansi yang dipergunakan pada laporan
keuangan, disertai dengan alasannya.